Perjalanan Legendaris Street Fighter Selama Tiga Dekade di Dunia Game

Perjalanan Legendaris Street Fighter Selama Tiga Dekade di Dunia Game

Hanya segelintir judul video game bergenre fighting yang mampu tetap eksis dan menghasilkan laba secara konsisten, bahkan puluhan tahun sejak pertama kali dirilis. Di antara kelompok kecil tersebut, serial franchise “Street Fighter” adalah salah satu yang terlama dan paling sukses mempertahankan dominasinya hingga hari ini.

Street Fighter telah melintasi berbagai generasi konsol dan pemain. Perjalanannya dimulai di era 80-an dengan kehadiran Street Fighter pertama (atau Original). Meskipun game ini menjadi cikal bakal semua seri Street Fighter selanjutnya, dari segi kontrol ia masih terasa kaku dan mungkin kurang begitu seru dimainkan dibandingkan penerusnya. Memasuki era 90-an, yang dikenang oleh para gamers FGC (Fighting Games Community) sebagai era keemasan game fighting arcade atau “Golden Age”, Street Fighter II tampil mendominasi sebagai ‘rajanya’.

Kemudian, era 2000-an atau era Milenium menandai lahirnya game fighting, termasuk Street Fighter, yang menyuguhkan kualitas grafis jauh lebih baik. Semakin maraknya penggunaan grafis 3D (dan cel-shading) pada periode ini mendorong Street Fighter untuk terus bertransformasi, baik dari segi visual maupun cara bermainnya.

Game Street Fighter pertama dirilis pada tahun 1987. Meskipun tidak memberikan dampak yang signifikan di kancah video game arcade global, game tersebut berhasil meraih popularitas di kalangan gamers pada masanya.

Namun, baru pada Street Fighter II: The World Warrior nama Capcom (sebagai pemilik merek dagang Street Fighter) melambung ke puncak ketenaran dan meraup keuntungan yang luar biasa. Sejak dirilis pada tahun 1991 hingga 1993 saja, Street Fighter II dilaporkan telah menghasilkan laba lebih dari US$1,5 Miliar! Jelas sebuah angka yang fantastis untuk profit penjualan video game saat itu.

Popularitas Street Fighter II yang fenomenal memicu lahirnya begitu banyak varian dan produk turunan (derivate) di pasaran. Capcom benar-benar memaksimalkan potensi Street Fighter II demi meraih keuntungan besar di era 90-an, dan mereka berhasil. Di era tersebut, rasanya hampir tidak ada gamers arcade yang tidak mengenal Street Fighter II. Semua orang tahu, dan banyak yang menyukainya.

Street Fighter II (beserta varian-variannya) adalah sebuah game fighting yang sangat seru dan menantang pada masa jayanya. Kontrol yang presisi dan responsif, serta desain karakter yang ikonik hingga kini (seperti Dhalsim, yang tangan serta kakinya bisa memanjang secara unik) menjadikan Street Fighter II sebuah legenda hidup di kalangan FGC dunia.

Dengan kesuksesan fenomenal Street Fighter II, Capcom menghadapi tantangan berat untuk menciptakan game Street Fighter selanjutnya yang bisa menyamai, apalagi melampaui, pencapaian tersebut. Hal ini terlihat pada Street Fighter III: New Generation.

Dari segi pemasaran, Street Fighter III mungkin tidak bisa dibilang gagal total, namun juga tidak mampu mendekati capaian yang pernah diraih oleh Street Fighter II. Padahal, menurut pengalaman pribadi saya, Street Fighter III memiliki desain dan gameplay paling menarik jika dibandingkan dengan semua seri Street Fighter yang pernah ada, bahkan hingga hari ini. Terutama versi ketiganya, Street Fighter III: 3rd Strike. Namun, itu tentu hanya pendapat pribadi saya.

Street Fighter IV memberikan kejutan besar kepada para penggemarnya dengan tampilan grafis “3D Polygonal Cel-shaded”. Ini merupakan sebuah lompatan besar, mengingat sebelumnya Street Fighter selalu hadir dalam format grafis 2D yang digambar tangan (hand-drawn), bukan model poligon wireframe tiga dimensi.

Memang sebelumnya sempat ada game Street Fighter dengan grafis poligon 3D berjudul “Street Fighter EX”. Namun, game tersebut hanyalah sebuah spin-off, bukan bagian dari seri utama (canonical), dan tidak dikembangkan langsung oleh Capcom, melainkan oleh perusahaan bernama Arika (yang salah satu pendirinya adalah Akira Nishitani, desainer Street Fighter II).

Street Fighter IV tampaknya belajar dari “kesalahan” yang mungkin dilakukan oleh Street Fighter III, yang tampil dengan hampir semua karakter baru dan hanya menyisakan segelintir karakter dari Street Fighter II (seperti Ryu, Ken, Akuma, dan Chun-Li). Street Fighter IV justru mengembalikan hampir semua karakter ikonik dari Street Fighter II sebagai daya tarik utamanya (selling point), selain tentunya tampilan karakter 3D cel-shaded yang segar.

Strategi ini terbukti cerdas, karena Street Fighter IV secara keseluruhan mendapatkan perhatian dan apresiasi yang jauh lebih besar dibandingkan Street Fighter III. Para gamers dan komunitas FGC menyambut baik kehadiran Street Fighter IV.

Street Fighter V adalah seri utama (canonical) terkini dari game Street Fighter. Masih mengandalkan grafis 3D cel-shaded (yang semakin halus dan hidup dibandingkan Street Fighter IV) serta memperkenalkan sistem gameplay baru bernama V-Skill & V-Trigger, Street Fighter V diklaim menawarkan pengalaman bermain yang menyenangkan (enjoyable) baik untuk para veteran Street Fighter maupun pemain baru (newbies) di kancah serial game fighting paling kondang sejagat ini.

Street Fighter V juga menjadi bagian penting dalam berbagai perhelatan e-Sport fighting game kompetitif, sebuah tren yang sebenarnya sudah mulai marak sejak era Street Fighter III. Berbagai turnamen FGC digelar di penjuru dunia, dan Street Fighter V selalu hadir di sana; baik itu di event skala regional (seperti turnamen ABUGET CUP 2017 di Jakarta) hingga di level kelas dunia seperti Evolution Championship Series (EVO), yang rutin digelar setiap tahun untuk mencari juara dunia di beberapa judul game fighting ternama. Street Fighter V adalah salah satunya.

Dengan usia yang telah melampaui tiga dekade, seri Street Fighter diharapkan akan terus berinovasi dan memberikan keseruan bermain fighting game, sebagaimana yang telah mereka lakukan selama lebih dari 30 tahun hingga hari ini. Insert Coin and Here Comes a New Challenger!

Read more